Sabtu, 12 Juli 2014

A Short Conversation with Park Chanyeol

“Kalau sekarang tentu saja semuanya tahu,”
“Semua? Memangnya Yesung tahu aku menyukai Victoria?”
“Hm? Dia tidak tahu?”

Chanyeol menggeleng, “Tidak, dia tidak tahu. Aku pernah memberitahunya, tapi ia menanggapinya dengan tidak serius.”
“Kenapa? Oh, karena Yesung juga menyukainya, kan?” Eunri menjawab pertanyaannya sendiri.
Chanyeol tersentak kaget, “Darimana kau tahu?”
“Kalian berdua terlalu terbaca, tahu?” jawab Eunri santai.
“Jangan remehkan aku, aku tahu lebih dari yang kau tahu tentang apa yang kuketahui,” lanjutnya.
“Ucapanmu rumit sekali.”
Eunri terkekeh.
“Aku tak pernah meremehkanmu Eunri-ya. Aku tahu kalau kau memang harus diwaspadai,” balas Chanyeol.
“Diwaspadai? Apa maksudmu?”
“Yah, begitu. Aku bahkan pernah menyuruh Yesung untuk berhati-hati denganmu. Aku bilang kau bisa membaca pikiran orang lain”
“Ya! Kau ini benar-benar asal bicara. Aku tidak bisa baca pikiran, aku hanya melihat mata mereka,” Eunri melipat tangannya di depan dada.
“Tetap saja kau tahu pikiran mereka,” ujar Chanyeol tak mau kalah.
“Tapi aku tidak memba –“
“Tetap saja Lee Eunri,” sela Chanyeol.
Eunri  mendengus, “Huh, kau menyebalkan,”
Chanyeol hanya tertawa geli melihat teman yang sedang cemberut disampingnya ini.

“Lalu, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Vic?” tanya Eunri
“Apa yang kau maksud dengan kelanjutan? Semua masih sama saja.”
“Sama saja? Maksudmu kalian masih saling diam?”
“Ya begitulah,” jawab Chanyeol enggan.
"Memangnya susah sekali mengajaknya berbaikan? Kenapa bukan kau saja yang duluan bicara?"
"Sebenarnya aku mau, tapi aku takut."
"Takut? Apa yang kau takutkan?" Eunri mengerutkan dahinya.
"Entahlah. Berhadapan dengannya saja sudah membuatku lemas"
Eunri berdecak kesal, "Kau ini laki-laki macam apa. Berhadapan dengan perempuan saja langsung ciut,"
"Bukan dengan perempuan, cuma dia saja,"
"Memangnya dia bukan perempuan?"
Chanyeol menggeleng, "Aku tidak yakin dia perempuan"
"Disaat seperti ini pun kau masih bisa bercanda, ckckck"

"Lalu aku harus bagaimana, Eunri-ya?" rengek Chanyeol.
"Sudah kubilang, ajak dia bicara,"
"Tapi aku taku-"
"Beranikan dirimu, baka!"
Bentakan Eunri membuat Chanyeol berhenti merengek, namun membuat laki-laki itu memasang wajah persis seperti anak yang merajuk karena tidak dibelikan mainan.

Eunri menarik nafas berat setelah menoleh ke arah Chanyeol , “Kadang aku merasa iri pada Vic.”
 “Kenapa?”
“Vic menerima banyak cinta dari orang-orang yang aku inginkan perhatiannya. Contohnya Yesung, teman-teman klub sastra, dan banyak lagi,” Eunri menghela nafas sejenak “Termasuk juga kau.”
“Aku?” tanya Chanyeol heran.
“Iya, kau. Bukan karena aku menyukaimu atau apa, tapi aku juga ingin akrab denganmu. Aku sudah lebih dulu mengenalmu, tapi kau malah lebih dekat dengannya yang baru kau temui. Sedangkan, baru akhir-akhir ini kan aku bisa berbicara seperti ini denganmu?”
Chanyeol mengangguk, membenarkan.
“Kadang aku merasa tidak dianggap. Contohnya saat ini, aku sudah bekerja keras untuk event kali ini, tapi tidak ada yang mengapresiasi hasil kerjaku.”
“Ya, tapi aku juga tidak bisa memaksa orang lain untuk memperhatikanku,” Eunri tersenyum masam.
Chanyeol tidak menyahut, tampak mencerna ucapan Eunri.
“Hhhhh, semua ini membuatku berpikir, andai  hari itu aku tidak menyanggupi permintaan untuk menjadi panitia, mungkin aku tidak akan sakit hati seperti sekarang,” lanjut Eunri.
“Kalau tidak ada kau di kepanitiaan, event ini mungkin tidak ada,” ujar Chanyeol.
Eunri tersenyum tipis mendengar kalimat yang baru saja disampaikan temannya ini.
“Terimakasih, aku anggap itu pujian.”
“Sama-sama”
“Tapi entah kenapa, kalimat tadi kalau kau yang mengatakannya terdengar sedikit menjijikkan ya?” ledek Eunri.
“Ya! Lee Eunri, kau benar-benar kurang ajar!” ujar Chanyeol kesal.
“Hahaha, kita seri Park Chanyeol. Hei hei, jangan marah begitu, aku kan hanya bercanda, kkk” kekeh Eunri.




End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar