…
“Kalau sekarang tentu saja semuanya tahu,”
“Semua? Memangnya Yesung tahu aku menyukai Victoria?”
“Hm? Dia tidak tahu?”
Chanyeol menggeleng, “Tidak, dia tidak tahu. Aku pernah
memberitahunya, tapi ia menanggapinya dengan tidak serius.”
“Kenapa? Oh, karena Yesung juga menyukainya, kan?” Eunri
menjawab pertanyaannya sendiri.
Chanyeol tersentak kaget, “Darimana kau tahu?”
“Kalian berdua terlalu terbaca, tahu?” jawab Eunri santai.
“Jangan remehkan aku, aku tahu lebih dari yang kau tahu
tentang apa yang kuketahui,” lanjutnya.
“Ucapanmu rumit sekali.”
Eunri terkekeh.
“Aku tak pernah meremehkanmu Eunri-ya. Aku tahu kalau kau
memang harus diwaspadai,” balas Chanyeol.
“Diwaspadai? Apa maksudmu?”
“Yah, begitu. Aku bahkan pernah menyuruh Yesung untuk
berhati-hati denganmu. Aku bilang kau bisa membaca pikiran orang lain”
“Ya! Kau ini benar-benar asal bicara. Aku tidak bisa baca
pikiran, aku hanya melihat mata mereka,” Eunri melipat tangannya di depan dada.
“Tetap saja kau tahu pikiran mereka,” ujar Chanyeol tak mau
kalah.
“Tapi aku tidak memba –“
“Tetap saja Lee Eunri,” sela Chanyeol.
Eunri mendengus,
“Huh, kau menyebalkan,”
Chanyeol hanya tertawa geli melihat teman yang sedang
cemberut disampingnya ini.
“Lalu, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Vic?” tanya
Eunri
“Apa yang kau maksud dengan kelanjutan? Semua masih sama
saja.”
“Sama saja? Maksudmu kalian masih saling diam?”
“Ya begitulah,” jawab Chanyeol enggan.
"Memangnya susah sekali mengajaknya berbaikan? Kenapa
bukan kau saja yang duluan bicara?"
"Sebenarnya aku mau, tapi aku takut."
"Takut? Apa yang kau takutkan?" Eunri mengerutkan
dahinya.
"Entahlah. Berhadapan dengannya saja sudah membuatku
lemas"
Eunri berdecak kesal, "Kau ini laki-laki macam apa.
Berhadapan dengan perempuan saja langsung ciut,"
"Bukan dengan perempuan, cuma dia saja,"
"Memangnya dia bukan perempuan?"
Chanyeol menggeleng, "Aku tidak yakin dia
perempuan"
"Disaat seperti ini pun kau masih bisa bercanda,
ckckck"
"Lalu aku harus bagaimana, Eunri-ya?" rengek Chanyeol.
"Lalu aku harus bagaimana, Eunri-ya?" rengek Chanyeol.
"Sudah kubilang, ajak dia bicara,"
"Tapi aku taku-"
"Beranikan dirimu, baka!"
Bentakan Eunri membuat Chanyeol berhenti merengek, namun
membuat laki-laki itu memasang wajah persis seperti anak yang merajuk karena
tidak dibelikan mainan.
Eunri menarik nafas berat setelah menoleh ke arah Chanyeol ,
“Kadang aku merasa iri pada Vic.”
“Kenapa?”
“Vic menerima banyak cinta dari orang-orang yang aku
inginkan perhatiannya. Contohnya Yesung, teman-teman klub sastra, dan banyak
lagi,” Eunri menghela nafas sejenak “Termasuk juga kau.”
“Aku?” tanya Chanyeol heran.
“Iya, kau. Bukan karena aku menyukaimu atau apa, tapi aku
juga ingin akrab denganmu. Aku sudah lebih dulu mengenalmu, tapi kau malah
lebih dekat dengannya yang baru kau temui. Sedangkan, baru akhir-akhir ini kan
aku bisa berbicara seperti ini denganmu?”
Chanyeol mengangguk, membenarkan.
“Kadang aku merasa tidak dianggap. Contohnya saat ini, aku sudah bekerja keras untuk event kali
ini, tapi tidak ada yang mengapresiasi hasil kerjaku.”
“Ya, tapi aku juga tidak bisa memaksa orang lain untuk
memperhatikanku,” Eunri tersenyum masam.
Chanyeol tidak menyahut, tampak mencerna ucapan Eunri.
“Hhhhh, semua ini membuatku berpikir, andai hari itu aku tidak menyanggupi permintaan
untuk menjadi panitia, mungkin aku tidak akan sakit hati seperti sekarang,”
lanjut Eunri.
“Kalau tidak ada kau di kepanitiaan, event ini mungkin tidak ada,” ujar Chanyeol.
Eunri tersenyum tipis mendengar kalimat yang baru saja
disampaikan temannya ini.
“Terimakasih, aku anggap itu pujian.”
“Sama-sama”
“Tapi entah kenapa, kalimat tadi kalau kau yang
mengatakannya terdengar sedikit menjijikkan ya?” ledek Eunri.
“Ya! Lee Eunri, kau benar-benar kurang ajar!” ujar Chanyeol
kesal.
“Hahaha, kita seri Park Chanyeol. Hei hei, jangan marah begitu,
aku kan hanya bercanda, kkk” kekeh Eunri.
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar