Dia duduk disana, disebuah meja disudut ruangan, tempat kami dulu menghabiskan waktu bersama.
Tapi kini semua berubah, tak ada lagi kata kami.
Hanya ada dia - gadis coklatku - yang masih duduk disana, sementara aku dengan gadis lain yang kini duduk dihadapanku.
Sekian lama memperhatikannya dari balik punggung gadis dihadapanku, dan gadis coklatku tak bergerak sedikitpun.
Dia sama sekali tak melihat, ataupun melirik ke arahku.
Mungkin, dia hanya terlalu asik dengan dunia kecilnya.
Dia tetap membaca novel sambil sesekali tersenyum.
Seperti biasa.
Seperti dahulu.
Ucapan dan gerak-gerik kuusahakan senormal mungkin.
Aku ingin gadis ini merasakan semua tetap terlihat wajar, sementara mataku tak dapat lepas dari gadis coklatku.
Ingin aku menghampirinya, namun apa daya, aku tak bisa.
Seseorang yang kini hadir dihadapanku, membuat semua itu tak mungkin.
Sebesar apapun keinginanku, cinta dari gadis ini menghalangiku.
Selamat sore, Tuan.
Sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.
Kau terlihat baik-baik saja, tanpa kurang suatu apapun.
Jangan kira aku tak melihatmu, Tuan.
Mataku selalu mengekori pergerakanmu sejak kalian memasuki restoran ini.
Mungkin tak terlihat olehmu, tapi mataku terus mengarah pada dirimu, yang juga tak dapat melepaskan pandangan dariku.
Hah...
Ini benar-benar suatu ironi yang pahit.
Aku ingin menghampirimu, tapi apa daya, aku tak bisa.
Semua tak sama lagi.
Kau terlihat begitu berbeda, Tuan.
Kau terlalu banyak berubah.
Dan bolehkah aku jujur?
Aku semakin tak mengenalimu, dalam balutan cinta dari gadis itu.
Jujur saja
Aku...
Aku... menyesal
Maafkan aku, Tuan
Maafkan aku, gadis coklatku
Dan ketika pandangan mata kita bertemu, sesaat sebelum kalian akan meninggalkan restoran ini
Kami tersenyum. Senyum yang membuat kami menyadari sesuatu
Bahwa semua tentang kita
Tak mungkin kembali seperti dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar