“ I wish you could be me
I wish I could be you
I wish you could feel what I feel for just one day
Your heart
My heart”
(2NE1 – If I were you)
Raline melewati lobi sekolah seperti biasa, namun sesuatu yang tertempel di papan pengumuman menarik perhatiannya. Jadwal ujian nasional yang akan diselenggarakan 2 minggu lagi. Raline menghela nafas dengan berat. Isi kertas itu memang bukan urusannya, mengingat tahun ini ia masih duduk di kelas sebelas. Tapi kertas itu membuatnya mengingat, kalau orang itu akan segera pergi. Orang itu, Kak Yuda, seseorang yang telah mengisi hati Raline sejak beberapa waktu belakangan. Kak Yuda, yang tak pernah terjangkau oleh Raline. Kak Yuda, yang bahkan tak mengenal Raline.
Selama ini, Raline hanya mampu mengagumi sosok Kak Yuda dari kejauhan, dan mengandalkan keberuntungan yang acap kali mempertemukan mereka. Hanya itu. Terdengar miris, walau bagi Raline hal-hal sekecil itu lebih dari cukup untuk membuat wajah mungilnya tersenyum bahagia.
Raline tersadar dari lamunannya, dan kembali menatap kosong pada kertas itu. Mungkinkah ini awal dari perpisahan?. Kata-kata yang tercetak pada kertas yang ditatapnya seakan membentuk kalimat selamat tinggal. Raline mencoba mengalihkan pandangan, namun kenyataan telah terpampang jelas di depan matanya.
Sebuah kenyataan yang pahit, karena jika sebelumnya, Raline bisa melihat dan mengagumi sosok Kak Yuda, walau tak dapat memilikinya. Raline akui itu memang sakit. Namun setelah ini, Raline bahkan tak akan dapat melihatnya lagi, dan itu akan lebih menyakitkan. Raline menyeka airmata yang kini menggenang disudut matanya, sedikit menyesali apa yang telah terjadi.
Andai saja ia lebih berani, mungkin semua tak akan berakhir seperti ini. Andai Kak Yuda tahu perasaannya, mungkin Raline tak akan sesedih ini. Andai Kak Yuda dapat merasakan apa yang dirasakannya, untuk sehari saja, Raline pasti mampu membiarkan dia pergi tanpa menyesali apapun.
Raline kembali menghela nafas. Mungkin ini saat yang tepat untuk melupakan semuanya, melupakan setiap mimpi dan angan tentang Kak Yuda. Raline menguatkan dirinya. Ya, ia harus memulainya, dan langkah pertama yang harus dilakukannya adalah berhenti duduk di lobi saat pulang sekolah, sesuatu yang biasa dilakukannya untuk menunggu Kak Yuda melintas dengan motornya. Tekad Raline sudah bulat, ia akan langsung pulang sekarang.
***
“Woy Yud, ngapain masih disini?. Motormu ngalangin jalan tau!. Minggir-minggir!” ujar Dewa setelah memukul helm Yuda. “Bentar, lagi bentar aja,” jawab Yuda tanpa mengalihkan pandangannya dari lobi. “Nungguin siapa?” tanya Dewa. Yuda tidak menjawab, sebuah pertanyaan tengah berkecamuk di pikirannya. Dimana perempuan yang biasa duduk di lobi itu?.
END
NB: Thank you so much for my beloved friends, Mahaesa Surya Putri and Kartika Kurnia Putri who gave me some inspiration to write this "abal-abal" story, kkk~ xD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar